Jumat, 09 Oktober 2009

WOW….

Baiklah. Setelah mendapat informasi itu, aku segera pulang dan tidur nyenyak. Setidaknya aku berlega hati karena ga terlalu merasakan apa yang Bho rasakan.

Keesokan harinya, Bho menepati janjinya untuk mengantarkan aku cari kost baru. Malam itu kami mencari di seputaran Jl. Juanda. Kami tak menemukan kost yang seperti kostku di Jl. Gatot Soebroto. Kemudian tibalah aku di Jl. Juanda 8. Aku menemukan kost yang aku mau, sebuah kost khusus wanita. Memang jauh dari yang Bho inginkan. Dia marah padaku malam itu. Sekembalinya kami di kost ku yang lama, dia menunjukkan rasa tidak sukanya.

“Kenapa kamu langsung setuju aja siy?”, tanyanya.

“Kenapa mangnya? Capek Beb keliling2 tapi ga nemu, aku gak sanggup…perutku…”, ujarku sambil menutup mulutku, takut keceplosan.

“Kenapa perut kamu??”, tanyanya

“Mampus….mati gwe dya tanya lagi…”,hatiku berbicara.

“Perutku tuh lagi ga enak. Lagi mules2 dari kemaren”, jawabku.

“Masa? Kemaren kamu ga papa deh Beb”, ujarnya…

“Beneran…ughhh”, jawabku sambil pura2 memegang perutku yang saat itu bukan mules tapi mual.

“Beb, apa siy yang kamu sembunyiin dari aku??? Jujur deh”, ujarnya setengah memaksaku.

“Ga ada apa2….kenapa siy beb??”, tanyaku.

“Aku bingung. Aku mendadak suka, cenderung doyan makanan yang selama ini ga aku suka, nafsu makanku ga terkendali, dipikiranku Cuma ada kamu kamu dan kamu. Aku juga ga tau kenapa setiap aku bonceng kamu naik motor, perasaanku bilang kalau aku ga boleh bawa kamu naik motor kenceng2..ada apa siy beb?”, ujarnya dengan nada yang agak tinggi walaupun masih terdengar lembut buatku.

“Itu Cuma pikiran kamu aja”, jawabku.

“Ga..ga mungkin. Trus kamu kenapa pilih kost yang khusus cewek siy? Kamu ga suka aku dtg ya?”, tanyanya.

“Enggak..aku suka kamu dtg. Cuma aku capek kalo harus kesana kemari tapi ga nemu. Perutku sakit Beb”, ujarku yang hampir menangis.

Melihatku yang sudah setengah menangis, Bho memelukku. Memelukku erat. Memelukku erat sekali. Kemudian dia mencium keningku berulang – ulang. Kemudian dia menangkupkan tangannya diwajahku yang masih merah bengkak krn masih sesegukan nangis. Dia menatapku lama…kemudian mencium bibirku…lama….dan aku tidak merasakan ada gairah disana tapi aku merasakan rasa sayang dan rasa memohon seakan – akan dia ingin tau apa yang sedang kurasakan dan kusembunyikan. Setelah dia selesai menciumku, tangannya tetap menangkup wajahku dan dia mengatakan sesuatu padaku.

“Beb, aku ga tau apa yang kamu sembunyiin dariku. Kamu tau aku gelisah pengen tau. Aku juga tau kalo kamu lagi gelisah. Aku peluk kamu, aku cium kamu, tapi kamu tetep ga mau bilang. Kamu kenapa?”, tanyanya.

Ingin rasa hatiku mengatakan…”Aku hamil chayank”..dan berharap dia bahagia mendengarnya dan kembali memelukku erat. Tapi itu Cuma bayangan di pelupuk mataku yang akhirnya makin memperderas aliran air mataku. Bho heran melihatku kembali menangis…kembali memelukku sambil mengatakan sesuatu…

“kalau kamu ada masalah, kamu cerita!”, ujarnya.

“kamu ada masalah beb?”, tanyanya.

Aku hanya bisa menggeleng perlahan…

“Trus kenapa??”, tanyanya.

“Aku sayang kamu Beb”, jawabku sambil memeluknya erat. Aku memeluknya erat seakan – akan aku tahu bahwa dia bukan untukku.

“Aku tau kamu sayang aku, beb. Tapi ada apa? Ngomong?”, desaknya.

“Ga..ga papa. Mungkin Cuma karena kangen aja”, jawabku masih sambil menangis.

“Kangen??? Kamu kangen aku sampe nangis gini? Trus kenapa pilih kost itu?”, tanyanya.

“Karena aku capek keliling2 Samarinda, cari yang kayak kost ini ga ada. Perutku sakit Beb!”, ujarku.

“Perut kamu kenapa? Kamu kemaren ga kenapa2, knp bs sakit sekarang?”, tanyanya.

“Ga tau”, jawabku

“Ya dah, sini….”, ajaknya.

Bho duduk di kasur ku dan dia menyuruhku duduk dipangkuannya. Aku tak kuasa menolaknya karena aku memang butuh ketenangan. Setelah aku duduk di pangkuannya, dia kemudian menghapus air mataku dan mencubit hidungku.

“Arrgghhhh….”, erangku.

“Kenapa?”, sambil setengah ketawa.

“Mampet Beb…abis nangis malah dipencet idungnya”, jawabku setengah manyun.

“Udah2….muuv ya kalo aku tadi bentak – bentak kamu. Jujur, aku ga mau kehilangan momen kayak gini Beb. Jujur, aku Cuma bisa tidur nyenyak di kasur kamu. Walaupun kasur dirumahku lebih bagus, Cuma aku lebih bahagia tidur di kasur kamu”, ujarnya.

“Kenapa begitu?”, tanyaku.

“Aku ngerasa dijagain, disayang….makanya aku sebel kamu pilih kost itu sampe kasih DP segala. Kita bisa cari kost yang lain besok Beb”, ujarnya.

“Muuv, tapi aku ga kuat. Perutku sakit. Ga sanggup kalo harus naik motor lama2”, jawabku.

“Perut kamu kenapa siy Beb?”, tanyanya sambil mengusap – usap perutku.

Hiks……tangisku meledak lagi ketika dia mengelus perutku. Saat itu aku hanya berpikir dan berkata dalam hati. Aku mengatakannya kepada sesosok makhluk hidup yang ada diperutku.

“Nak, itu tangan ayah lg elus perut bunda. Inget ya chayank, ayah juga sayang kamu”

Aku mengatakannya seolah – olah benar bho sayang sama janin yang ada di perutku. Entah si kecil bisa merasakan atau tidak, yang jelas aku sudah mengatakannya bahwa ayahnya sayang.

“Kamu kenapa siy beby???”, sambil menarik wajahku supaya aku melihat wajahnya.

“Ga papa…..ga papa”, jawabku.

Akhirnya Bho menyerah untuk mendesaknya mengatakan yang sebenarnya. Malam itu kami berkemas untuk membereskan semua barang2ku di kost lama. Aku pindah malam itu juga.

Dia mengantarkanku ke kost baruku. Dia merasa bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan, sebelum pulang, dia menciumku di depan kamar kostku sambil memelukku erat. Kemudian mencium bibirku sekali lagi, membuatku meleleh lagi kemudian ia menyudahinya dengan mencium keningku.

“Beb, aku pulang dl. Kamu jangan khawatir sama aku ya, aku baik2 aja”, ujarnya.

“Iyah…..”, jawabku lemas.

Aku melihat kepergiannya dengan hati yang tak menentu. Entah hati bahagia atau sedih dengan semua keputusan yang kuambil, tapi aku mulai belajar meng-ikhlaskan segala sesuatu yang akan terjadi di hari – hari depan.

Malam itu, ketika aku membereskan semua pakaianku ke dalam lemari, aku melihat Kintan. Sahabat lamaku yang selama ini kuabaikan. Dia tampak kusam, tak terawat. Aku kembali menangis melihat dan mengingat semuanya. Kupeluk Kintan erat – erat dan aku mulai membaca semua yang kuceritakan dari awal sampai lembar terakhir. Tangisku semakin menjadi dan aku mengakhiri malam itu dengan tangisan demi tangisan dan akhirnya aku tertidur.

Aku tak tau apa yang terjadi setelah itu….andai aku tau akan pahit rasanya, aku pasti tidak akan melakukannya…..

Semua itu pasti ada hikmahnya…..tapi selanjutnya…aku tau…semakin aku mencintainya…semakin aku tau bahwa aku bukan wanita tegar yang bisa menelan apapun sendirian. Aku butuh dia….benar – benar butuh dia…

0 komentar:

Posting Komentar