Jumat, 09 Oktober 2009

Semua berjalan lancar. Perasaan kehilangan sedikit terobati dengan munculnya banyak kawan baru. Teman – temannya Aini, Pacarnya Wati, Suaminya Aini, Suaminya Nisa, rameee…

Tapi itu hanya kurasakan saat matahari menyapa. Begitu Sang Bulan menyampaikan Selamat Malam padaku, airmata mulai berjatuhan. Teman – temanku di Jakarta mulai menelponku walaupun aku belum jujur tentang semuanya, hanya segelintir saja. Tapi hari itu, semuanya berubah.

24 Maret…..

Pagi itu aku terbangun seperti biasa. Yang tak biasa hanya ketika aku membuka flip HPku. Ada 16 miskol dan 4 sms tertulis dilayar itu. 16 miskol itu dari beberapa orang, Panca, Mas Andi, Yudha, Kakakku dan Satria. 4 sms dari Mas Andi, Yudha, Kakakku dan Aini. Semuanya menanyakan keadaanku sedangkan Aini, mengajakku jalan – jalan. Aku langsung membalas sms dr Aini, tapi yang lain kubiarkan saja.

Tak lama, ada Telpon masuk, dari Panca. Aku mengangkatnya.

“Ras….”, sapa suara panca yang agak berat.

“Iyah, muuv. Baru bangun”, jawabku.

“Kamu mau sampe kapan disana??”, tanyanya.

“Gak tau..kenapa?”, tanyaku.

“Lo mending balik kesini, ke Jakarta. Disini lo ga akan sendiri dan lo harus tau, ga penting kehadiran lo disana kan buat Bho? Mending pulang”, ujar Panca.

“Gwe pikirin dulu, Nca. Lagian kalo mau pulang, Gwe harus tunggu dana gwe cair kan”, jawabku.

“Ga perlu. Anak2 mau lo balik secepatnya. Masalah uang, ga usah dipikirin. Lo mau ga?”, Tanya Panca.

“Gwe pikirin dulu nca!!”, jawabku.

“Apa lagi siy yang lo pikirin? Jangan sampe Jho niy yang ngomong Ras…”, jawabnya.

“Iyah iya…..besok pagi gwe kabarin lo ya”, jawabku

“Iyah”, jawab Panca.

Percakapanku dengan Panca pagi itu membuatku berpikir kalau aku harus menghubungi Bho. Langsung aku menghubungi Bho via sms dengan alibi aku minta diantarkan nge-print dokumen. Dia kali ini membalasnya, dia membalasnya hanya dengan kata – kata “Oke”.

Malam menjelang, waktu yang kutunggu – tunggu akhirnya datang. Bho datang pukul 8 lewat. Dia menelponku ketika sudah sampai, seperti biasa. Aku segera turun perlahan ke bawah untuk menemui dia. Ketika aku melihatnya di bangku panjang itu, aku melihatnya menghela nafas, dalam sekali. Dia pun segera bangkit dari bangku itu menghampiriku.

“Langsung berangkat yuk”, ajaknya.

Aku kaget…..

“Oke”, jawabku sambil memakai Helmku yang sama persis seperti punyanya. VOG Super Sonic Hitam.

Aku langsung naik motor Satria nya. Dia membawaku malam itu dengan kecepatan lambat, seperti sebelumnya. Cuma kami ga banyak bicara. Dia mengantarkanku ke tempat biasa, daerah dekat Universitas Widya Gama, bnyk rental computer disana. Setelah aku mem – print semuanya, kami segera pulang. Di perjalanan pulang, aku memeluk pinggangnya, tapi tiba – tiba dia bilang sesuatu,

“Jangan dipeluk, ga enak”, ujarnya.

Spontan aku langsung melepaskan tanganku dari pinggangnya dan berpegangan pada handle di belakang. It’s a bad sign and I feel it.

Begitu sampai di kostku, dia langsung berangkat lagi setelah menanyakan sesuatu padaku.

“Ehm….nanti malam, HP standby ga?”, tanyanya.

“Iyah, kenapa?”, tanyaku.

“Mau telpon, ya dah. Pulang dulu”, ujarnya.

Aku masih sempat mencium tangan kanannya, sekedar berusaha menenangkan hati. Aku berjalan agak perlahan ke kamarku dan aku kaget karena Kak Ajeng dan Lina sudah ada di depan kamarku.

“Itu Kak Vie orangnya?”, Tanya Lina.

“Iyah”, jawabku.

“Kakak dah kasih tau dia?”, Tanya Lina.

“Blum. Lagipula aku dah tau jawabannya”, jawabku sambil berusaha membuka pintu kamarku.

“Kenapa ga dikasih tau?”, Tanya Kak Ajeng tiba – tiba.

“Aku dah tau jawabannya Kak”, jawabku.

“Apa perlu Kakak yang bilang?”, tanyanya.

“Ga usah, Vie dah tau jawabannya”, jawabku

“Apa mang jawabannya?”, Tanya Lina.

Aku masuk ke kamarku, mereka pun langsung masuk. Aku duduk di kasurku dan langsung menatap mereka.

“Jawabannya, Aku harus gugurin kandunganku”, jawabku.

“Masa??? Tau dari mana Ai?? Parah banget siy”, jawab Kak Ajeng.

“Dia yang bilang Kak. Dia akhir – akhir ini suka ngerasa lapar berlebihan, pokoknya kayak org ngidam”, jawabku.

“Trus, dia ngerasa?”, Tanya Lina.

“Dia Tanya ke aku, aku hamil atau ga?”, jawabku.

“Trus kakak bilang apa?”, Tanya Lina.

“Aku bilang, aku ga hamil”, jawabku.

“Bodoh benar siyyyy!!!”, jawab Kak Ajeng.

Aku terdiam. Mereka asik bicara sendiri. Tiba – Tiba HP berbunyi, Nada dering itu menandakan Bho yang telpon.

“Siapa Kak?”, Tanya Lina.

“Cowokku”, jawabku lemas.

Aku segera mengangkat telp itu……mereka pilih keluar dari kamarku dan ngobrol di ruang tamu.

“Ya…..”, jawabku.

0 komentar:

Posting Komentar