Jumat, 09 Oktober 2009

Jatuh cinta, tak kenal usia
Tua muda, janda dan duda
Setiap manusia pasti merasakan
Jatuh cinta

Aku ingin kau jatuh cinta
Kau ‘kan tersenyum dan kau tersipu
Saat terselimuti cinta kau
‘Kan rasakan terbang melayang jauh

Jatuh cinta itu indah
Jangan kau takut jatuh cinta
Aku ingin kau jatuh cinta lagi
Dan semua kan terasa indah

Aku sedang jatuh cinta
Cinta mati sama kamu
Berikanlah cintamu yang pernah
Kau berikan seperti dulu

Jatuh cinta itu indah
Jangan kau takut jatuh cinta
Aku ingin kau jatuh cinta lagi,
Lupakan semua yang terjadi

Aku sedang jatuh cinta lagi dan
Ingin kembali padamu



‘Suara siapa itu ya?’, bisikku dalam hati.

Aku terbangun pagi itu oleh suara merdu seorang wanita yang aku ga tau siapa. Dalam hati mikir..

‘Itu manusia atau bukan ya?? Merdu banget suaranya..’, pikirku dalam hati.

Mendengar suaranya seperti ada perasaan galau dan sedih yang berkepanjangan. Seperti perasaan yang tersakiti namun berusaha tegar hadapi semuanya. Setengah mati aku penasaran pengen tau itu suara siapa tapi setengah mati juga ketakutanku, takut kalo itu bukan manusia.

‘Ini Kalimantan Hanna…bukan Jakarta’, bisik hati kecilku.

Pagi itu aku bertahan tidak keluar kamar untuk cari tau si pemilik suara merdu itu. Aku sudah tak bisa memejamkan mataku lagi. Yang ada dipikiranku hanya si ‘Pemilik Suara Merdu’ itu. Aku dapat merasakan apa yang dia rasakan karena aku sedang merasakannya juga.

Akhirnya, aku hanya bisa diam mendengarkan dia menyanyikan lagu itu. Tiba – tiba dia merubah nyanyiannya, lagu berirama melayu. Ugghh…suaranya enak banget, Siti Nurhaliza kalah deh. Beneran. Lagu itu menceritakan tentang kebesaran Tuhan, bagaimana kita manusia menjalani kehidupan ini terkadang melupakan kebesarannya.

Engkana' ri mabellae
Ri lippu wanua laeng
Deceng Muaro Usappa
Uwellai wanuakku
Tanah Ogi Wanuakku
Wanua tallessurekku
Indo' ambo' malebblikku
uwa'bokori ulao

Pura janci ri aleku
singkerru ri atikku
iapa urewe' mattana ogi
uruntukpi usappae

Indo' Ambo' Malebbikku
Aja' tapettu rennuang
Marillau ri Puangnge
Natepu winasakku


(dapet liriknya Cuma ga bs nyanyinya…ga bgus suara saya..)

Aku ga tau artinya tapi ini lagunya mengiris banget. Wanita itu menyanyikannya berulang – ulang. Mendengar iramanya, tanpa sadar airmataku menetes. Walau gak tau artinya, tapi kayaknya sedih banget.

Tanpa kusadar, aku tertidur oleh nyanyian itu. Seperti menina bobokan aku yang sudah lupa rasanya tidur nyenyak.

Aku terbangun kedua kalinya hari itu dengan nyanyian. Kulihat jam di HPku, menunjukkan pukul 10.00 WITA. Ugghh…dah siang ternyata dan belum ada tanda – tanda dari Bho sampai jam segini. Aku bangun dan terduduk di kasurku, aku merasakan perasaan yang tak menentu. Mual campur pusing. Hmmm….apa ini yang namanya “Morning Sickness”??

Aku berusaha mengontrol semuanya. Aku berusaha bangun, melihat penampakkan diriku di kaca, menyisir rambutku dengan tanganku sambil berpikir,

‘Apa yang mau kulakukan hari ini??’

Setelah kulihat rapi, aku bangun dan berusaha mencari dompetku. Aku mau cari makanan yang lumayan bisa isi perutku hari itu. Aku membuka pintu kamarku dan melihat sosok wanita cantik di seberang kamarku, ya….di kamar seberang kamarku, dia sedang menyanyi dengan suaranya yang pelan namun merdu.

Tingginya tidak lebih tinggi dari aku, badannya langsing, kulit putih, rambut panjang dan wajahnya agak seperti campuran Indonesia dan arab, kayaknya. Aku seperti patung didepan pintu kamarku sampai akhirnya si pemilik suara merdu itu melihatku dan menyapaku,

“Halo….”, sapanya.

“Halo juga…”, balasku setengah gagap. Cantik, kayak gambaran Laras.

“Anak baru ya???”, tanyanya.

“Iyah Kak”, jawabku.

“Sini……”, ajaknya untuk datang ke kamarnya.

Aku menutup pintu kamarku dan berjalan perlahan ke kamarnya.

“Kenalin, Namaku Ajeng. Kamu?”, ujarnya.

“Saya Hanna Kak. Tapi Ibu Kost panggil saya Vie, lebih gampang katanya”, jelasku.

“Ya dah, aku panggil kamu Vie aja. Hanna agak sedikit ribet juga”, jawabnya.

“Ya dah…gpp kok”, jawabku yang sambil memperhatikan kamar Ajeng.

Kamarnya penuh dengan boneka manusia, atau biasa kita sebut Barbie. Tipe – tipe wanita feminine tampaknya. Dia juga memakai baju yang sangat wanita buat saya. Andaikan saya punya kepercayaan diri yang besar untuk pakai baju seperti itu.

“Kamu kok pucet Vie? Dah makan kah?”, tanyanya.

“Belum. Gak tau mau makan apa. Perut lagi ga enak”, jawabku.

“Diare kah? Kakak punya obat diare kalau kamu mau”, jawabnya.

“Gak ga…bukan diare. Hmmm..begitulah”, ujarku.

“Begitulah kenapa?? Kamu sakit??”, tanyanya.

“Ceritanya panjang. Lain kali aja Vie cerita Kak. Kakak mau kemana?”, tanyaku.

“Kak Ajeng mau car mam, ikut yuk. Kita mam sama – sama”, ajaknya.

“Iyah. Vie tapi mau ke tempat Ibu kost dulu, gpp?”, jawabku.

“Gpp, Vie mau ke tempat istrinya Abah?”, tanyanya.

“Siapa istrinya Abah kak?”, tanyaku.

“Hmm..kamu belum tau ya?”, jawabnya.

“Tau apa Kak?”, tanyaku heran.

“Ibu – ibu yang tua itu kita biasa panggilnya Istrinya Abah. Dia Cuma yang jagain kost aja. Kalo yang punya kost itu anaknya Abah. Kita biasa panggil dia Suneo. Nah, yang nagihin uang kost itu istrinya, biasa kita panggil Istrinya Suneo”, jawabnya.

“Kok Suneo kak?”, tanyaku setengah mesem – mesem.

“Iyah, soalnya mukanya mirip sangat sama si Suneo di Doraemon itu Vie. Ya dah, tunggu kakak dibawah aja ya”, jawabnya.

“OOO…oke oke”, jawabku setengah ketawa.

Aku turun ke bawah, berjalan perlahan menuruni tangga dan berjalan pelan juga kea rah rumah Istrinya Abah. Sampai disana aku memencet bel nya dan tak lama keluarlah Istrinya Abah.

“Assalamualaikum Bu”, salamku.

“Wa’alaikum salam, Vie. Kenapa?”, tanyanya.

“Ini bu, mau kasih foto copy KTP sama minta kwitansi pembayaran boleh?”, tanyaku.

“Hmm..oiya, Kwitansinya nyusul ya nak. Anaknya Abah soalnya yang bikin bukan Ibu”, jawabnya.

“Oke..ga papa Bu”, jawabku.

“Mau kemana Vie?”, tanyanya.

“Mau cari makan sama Kak Ajeng”, jawabku.

“Ajeng?? Kamu dah kenal Ajeng?”, tanyanya.

“Iyah, Kenapa mangnya Bu?”, tanyaku heran.

“Ga, sekedar informasi aja. Ajeng mau dikeluarkan sama Anaknya Abah”, jawabnya,

“Memang kenapa? Belum bayar kost kah?”, tanyaku.

“Bukan itu, Ajeng itu agak sedikit gila”, jawab si Istrinya Abah.

“Hah…?? Gila gimana?”, tanyaku.

“Iyah, dia suka ngamuk. Suka ngomong sendiri. Dia agak stress”, jawabnya.

“Masa siy bu? Suaranya bagus kok. Semalam Vie dengar”, jawabku tak percaya.

“Iyah, tak tau lah dia kenapa. Dia gak ngamuk kah semalam?”, Tanya Ibu.

“Ga kok bu, ga sama sekali”, jawabku.

0 komentar:

Posting Komentar