Jumat, 09 Oktober 2009

PART NINE ( 3 ) WELCOME TO SAMARINDA....

Malam itu aku berkeliling Samarinda untuk cari hotel, ternyata dia juga belum cari hotel dr tadi keran sibuk maen RF. Dari satu hotel ke hotel lain. Akhirnya kita nemuin satu hotel yang lumayan lah klo buat tidur aja. Dia check in pake namanya. Gak lama kita dianterin ke kamar yang dah disewa dan hal pertama yang aku lakuin, lompat ke kasur karena bener – bener capek.

“Huuuuaaaahhh....”, teriakku sambil menjatuhkan diri di kasurnya.

“Eh, langsung tidur lagi. Capek banget ya Beb?”, tanya Bho.

“Iyah, capek. Kupikir Balikpapan – Samarinda tuh deket, taunya??”, jawabku.

“Jauh ya Beb?”, tanya Bho.

“Banget", Jawabku.

"Eh, sini – sini, bangun dulu”, ajaknya sambil menyuruhku bangun dari kasur.

“Kenapa???”, tanyaku heran sambil berusaha bangun dari tempat tidur.

“Sini.....”, jawabnya sambil langsung memelukku erat.

“Kangen banget sama Beby. Kangen banget”, ujarnya.

Lama dia memelukku, kemudian Bho mencium keningku dan memandang wajahku dari dekat.

“Beb, kamu lucu. Aku kangen banget sama kamu, beb. Kangen...”, ujarnya.

“Iyah....sama”, jawabku yang cuma bisa diam terpaku ga bisa ngomong apa – apa.

Kemudian Bho mencium bibirku, lama sekali. Aku rasanya bingung waktu dicium Bho seperti itu. Ada perasaan seperti terbang kemana gitu. Mungkin karena waktu itu aku terbuai cinta, cinta yang bisa membuatku lupa akan segalanya sampai aku bisa menyerahkan apa yang kupertahankan untuk laki – laki yang saat itu masih menyayangiku.

Ya, malam itu aku menyerahkan semuanya ke Bho. Idiot sekali perbuatanku saat itu kalau kupikir – pikir sekarang. Tapi, dia seolah – olah bisa meyakinkanku kalau dia akan selamanya untukku. Bisa menerima apa adanya aku. Terlalu picik pemikiranku saat itu.

Setelah semuanya terjadi, Aku dan Bho langsung tertidur sampai aku tak memikirkan apa yang telah terjadi.

Pagi harinya, aku terbangun oleh bunyi hapeku, ternyata teman SMU-ku, Pandu yang sms. Aku tak sempat membalasnya karena terpikir olehku apa yang sudah kulakukan dengan Bho semalam. Apa yang ada dipikiranku semalam??? Aku langsung membangunkan Bho. Kucium pipinya...dia terbangun.

“Pagi Beb.....”, sapanya sambil memelukku.

“Pagi juga....Enak bubunya??”, tanyaku.

“Enak, kayak ada yang jagain. Tenang”, ujarnya.

“Beb, enak bubunya?”, tanyanya.

“Iyah, enak”, jawabku.

“Hmmm....eh Beb, boleh minta sesuatu ga?”, tanyanya.

“Apa???”, tanyaku.

“Beb, kalo kurusan bagus deh. Kurusin dikit ya??”, pintanya.

“Ya......mang mau ngurusin badan kok”, ujarku.

Jujur, saat aku berangkat ke Samarinda, berat badanku Wow banget. Mungkin ada sekitar 77 – 78 Kg, padahal tinggi badanku cuma 162cm. ( aslinya sekarang jauh dr kata gemuk....kekurusan malah..)

“Aku pengen Beb paling ga perutnya rata, lengannya kecil, pahanya kecil. Bisa??”, tanyanya.

“Bisa.....”, jawabku

“Aku minta 3 bulan bisa? Deal??”, pintanya.

“Oke Deal”, jawabku.

“Oke. Sekarang Beb bubu aja lagi. Aku mau anter si bapak ke Klinik dl, nanti siang aku dateng lagi. Kita cari kost, oke?”, ujarnya.

“Oke....”, jawabku.

Setelah selesai mandi, Bho segera berangkat. Begitu Bho berangkat, aku ga bisa tidur. Aku bergegas mandi dan segera membersihkan tempat tidur dan aku melihat sesuatu disana....merah itu...

Aku melihatnya di atas sprei putih itu. Aku cuma bisa diam menatapnya dan berharap kalau apa yang sudah kulakukan itu akan baik – baik saja, walaupun aku meragukannya saat itu. Aku segera mengambil MP3 Playerku, kupasang headset – nya di telingaku menekan tombol On dan berusaha tenang. Aku mendengarkan semua lagu – lagunya dan merasakan rindu yang teramat dalam kepada semua teman – temanku di Jakarta. Kalau aku tidak pergi, kalau aku mengikuti saran teman – temanku, mungkin bercak merah itu tak mungkin terlihat oleh mataku.

Aku menangis dan tak sadar, aku tertidur.

Tok Tok Tok....

“Huuffttt....”.....

Aku terbangun oleh suara ketukan di pintu.

“Sebentar...”, jawabku.

Setelah kubuka, ternyata itu Bho...

“Enak bubunya???”, tanyanya.

“Iyah...”, jawabku. Sambil berusaha menenangkan diri seakan2 aku tidak menangis.

“Yuk, kita ke cari kost buat kamu. Beres – beresin bajunya”, ujar Bho.

“Iyah...”, jawabku sambil beranjak membereskan semua pakaianku.

Dalam hatiku saat itu berkata, “apa yang Bho rasakan ya??”....Cuma aku tidak memperdulikannya.

Setelah baju rapi, aku segera bersiap2 untuk berangkat. Tapi Bho kemudian memanggilku..

“Beb, cini..”, ajaknya.

“Kenapa ciy Beb?”, tanyaku.

“Pengen cium beby...”, ujarnya.

“Ugghh..dah mau berangkat pake minta cium2 segala”, jawabku.

“Masih kangen beb....kangen banget”, ujarnya.

Aku pun menghampirinya dan Bho segera memelukku dan mencium bibirku, lama. Sampai aku sulit bernapas. Aku gak tau harus gimana....meleleh.

Setelah ciuman mematikan itu, Aku dan Bho segera meninggalkan hotel dan bergegas ke kost baruku. Setelah lama duduk diatas motor, akhirnya sampai juga di kost tersebut. Agak jauh dan karena faktor roaming a.k.a ga ngerti jalan, bagiku, itu jauh. Letaknya di Jalan Gatot Soebroto ( kayak nama jalan di Jakarta yaa?? ).

Begitu masuk, aku langsung suka tempatnya. Kasurnya Spring Bed, dapet kipas angin, meja belajar, lemari tapi kamar mandi diluar dan itu kost bebas. Harganya Rp. 350.000. Wew, di Jakarta ga mungkin dapet segitu. Alhasil, aku segera membayar kost tersebut dan membereskannya.Bho pulang ke rumahnya untuk membawa apa saja barang – barang yang kubutuhkan. Dia bilang kalau dia akan datang besok siang. Memang, hari sudah malam waktu itu.

Setelah kubereskan semuanya, aku segera merebahkan diri di kasur baruku.

“What I've done, God??”, dalam hatiku berkata sambil menerawang langit – langit kamarku.

Aku ga tau apa yang terjadi besok. Yang terjadi terjadilah....Huuufftt...Akhirnya aku menutup hari itu dengan tangis dalam hati dan akhirnya aku tertidur.

The Real Story....had just begin.........

0 komentar:

Posting Komentar