Jumat, 09 Oktober 2009

PART SEVEN - Keputusan itu....

Setelah hari itu, kehidupanku sebagai Hanna dan Laras berubah. Setiap pagi selalu ada yang menelponku untuk membangunkanku dan mengucapkan kata - kata "Luv U Beb" setiap hari.

Rutinitasku berubah. Hpku yang awalnya Gagu a.k.a Ga Guna, mendadak berubah kayak HPnya selebritis yang sedang kejar setoran. Dering Hp baik telpon masuk atau sms ga berenti2 dan itu berasal dari orang dan nomor yang sama yaitu Bho. Setiap hari aku harus melaporkan ke Bho, memakai baju apa aaku ke kantor....huuffff....karena waktu dya telponku di jalan, dya dengar ada yg godain aku. huffff....

Rutinitas hibernasiku juga berubah, dari biasa tidur mlm jadi tidur pagi. huuufff...masa - masa indah buatku sekarang yang hanya bisa mengingatnya.

Sampai suatu waktu dia menelponku disaat jam istirahat kantor. Kala itu Mas Andi yang angkat telponku, aku ga tau dya ngomong apa tapi yang jelas tiba - tiba Mas andi memberikan telpon itu padaku...

"Niy, cowok lo...", sambil memberikan hpku.

"Weeehhh...kenapa?", tanyaku

"Ngomong aja sama dya, oke?", sambil tersenyum simpul.

"Penasaran, kalo dah senyum - senyum setan gitu, biasanya ada yg aneh", pikirku dalam hati

"Haloo..."

"Iyh beb...", jawabnya.

"ngomong apa sama Mas Andi tadi?", tanyaku.

"Ga, ga ngomong apa2. kalau pun ngomong, rahasia atuh cinta", jawabnya.

"kok rahasia - rahasiaan?", tanyaku.

"Iyah, ini obrolan laki - laki, perempuan ga boleh tau", jawabnya.

Obrolan ini berlangsung sampai aku pulang ke kost. Tapi sesampainya di kost, obrolan pun semakin serius, ga ada lagi bercanda - bercanda.

"Ras, kamu kerja di Samarinda aja. Disini juga banyak kok lowongan. sekalian aku bs jagain kamu", ajak Bho.

"wew...masa???", tanyaku.

Singkat cerita, malam itu aku memutuskan untuk mencari kesempatan kerja di Samarinda. Tapi ternyata ini menjadi awal perpecahan aku dengan Mas Andi dan teman - temanku. Mereka ga setuju aku pergi kesana. Tapi akal sehatku ga bs berpikir jernih. Hari itu bagai neraka di kantorku, semua orang cuek padaku. Tapi entah kenapa, aku seolah - olah tidak memperdulikan mereka.

Kejadian hari itu tidak merubah keputusanku. Aku tetap akan berangkat ke Samarinda walaupun aku belum memutuskan kapan.

Dalam hati berpikir, "ini baru anak - anak kantor, apa jadinya kalo anak - anak guild tau???"......

0 komentar:

Posting Komentar