Jumat, 09 Oktober 2009

PART ELEVEN – THE DILEMA…..

Semakin hari, jadwal kedatangan Bho ke kostku menjadi tidak bisa diprediksi. Terkadang dia juga tak datang alasannya banyak, tapi itu tak kupikirkan sama sekali.

Tapi entah, hari ini, 13 Februari, dia datang ke kostku, padahal hari masih sore. Dia datang dan langsung masuk ke kamar kostku yang kebetulan tak kukunci. Aku sedang mendengarkan MP3 Playerku saat dia masuk.

“Sore beby!!!”, sapanya.

“Huuummmm….”, balasku yang saat itu masih mendengarkan music melalui headset MP3ku.

“Matiin dulu dunk musiknya. Ga kangen ya???”, tanyanya.

Mendengar dia berkata seperti itu, aku langsung melepaskan headset MP3ku dan tersenyum.

“Lho, bukannya kamu beb yang ga kangen sama aku?”, jawabku sambil berdiri menghampiri kasurku.

“Kata siapa aku ga kangen kamu?”, jawabnya.

“Kata aku barusan Beb. Lagian ga ada kabar!!”, jawabku sambil manyun manja.

“Tuhh..jangan kayak anak kecil deh”, jawabnya.

Ya, itu yang selalu kudapat setiap aku keluar manjanya. Lumrah siy sebenernya kalo aku ngambek manja karena memang cuma dia satu – satunya manusia yang kukenal di Samarinda. Kadang ku berpikir, apakah benar – benar sayang padaku.

Hari itu aku benar – benar tak bisa pungkiri bahwa aku kangen banget sama Bho. Apa pun yang dia lakukan asal dia bisa didekatku, pasti kulakukan. Hari itu dia meminta sesuatu kepadaku. Sesuatu yang mungkin berat untuk kuulangi lagi tapi karena terdorong rasa sayangku padanya, kami pun melakukannya lagi. Yang ini berbeda dari pengalaman pertama dan kedua. Aku merasakan perasaan yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata – kata. Sepertinya kami saling memiliki, dia milikku dan aku miliknya. Sampai kami merasakan sesuatu yang benar – benar tidak bisa kami bending dan bagiku, itu sesuatu yang indah.

Kami tak tau sudah berapa lama kami bergelut dengan perasaan itu. Waktu terasa berhenti, semuanya diam, terasa dunia hanya milik kami berdua. Aku tak tau yang Bho rasakan saat itu, tapi buatku adalah segalanya.

Kami terbaring tak berdaya, menghela napas kami yang tersengal – sengal. Aku tak memikirkan apapun saat itu, yang kupikirkan hanya ada aku dan dia.

Tak lama berselang, ketika semua sudah terasa normal, Bho bergerak. Dia merubah posisi tidurnya berbaring menghadapku, dia mengusap peluh di keningku dan mengecupnya.

“Beb, aku takut”, ujarnya.

“Takut apa?”, tanyaku.

“Takut semuanya…”, ujarnya.

“Semuanya???”, tanyaku.

“Ya, semuanya. Aku takut beb”, ujarnya.

“Coba kamu jelasin, kamu takut apa?”, tanyaku sambil merubah posisiku menghadapnya sambil mengelus pipinya.

Dia memegang tanganku yang mengelus pipinya, mengecupnya dan menggenggamnya erat.

“Aku takut kamu bukan jodohku, Aku takut kamu ga akan jadi istriku, aku takut kamu ga aka nada buatku, aku takut!”, ujarnya.

“Aku akan selalu ada buat kamu beb, tapi kamu yang selalu pergi”, Ujarku.

“Aku takut, aku takut aku ga bisa jauh dari kamu”, ujarnya.

“Memang kenapa kamu ga bisa jauh dariku??”, tanyaku.

“Ini pengalaman pertamaku melakukan sesuatu sampai sejauh ini. Kalo kamu nanti “Isi”, aku belum siap”, ujarnya.

“Hmmm……aku juga belum siap”, jawabku

“Itu dia, Beb. Tapi aku bener – bener ga bisa jauh dari kamu. Aku yang bikin kamu begini”, ujarnya.

“Trus kamu maunya apa?”, tanyaku.

“Aku ga tau mau apa?....”, jawabnya.

Kami pun terdiam. Aku baru menyadari bahwa dia mengeluarkan sesuatu ke dalam diriku. Langsung pikiranku mengatakan bahwa aku harus tenang, kalau tidak, bisa jadi pertumpahan darah saat itu juga.

Memang yang indah yang kurasakan, sampai saat ini pun aku masih bisa ingat bagaimana rasanya. Tapi aku tak ambil pusing saat itu. Tak terasa kami pun tertidur..

“Beb….”, suara itu membangunkanku.

“Hmmm….”, Jawabku yang masih setengah sadar.

“Aku pulang dulu ya….mau ke GEIM. Dah janjian niy sama anak2 sekalian mau tambah billing”, jawabnya.

“Oia…..ya dah kalo gitu”, jawabku sambil berusaha bangun dari kasur.

“Udah, beb tidur aja. Ga usah anterin aku ke depan. Ya??”, ujarnya.

“Iyah”,jawabku.

Dia segera keluar dari kamar kostku. Kudengar motornya berlalu. Aku segera bangun, mau ke kamar mandi, pengen pipis. Begitu bangun, kulihat HP Bho tertinggal. Kuambil, mati ternyata. Kunyalakan dan ternyata ada kode pengaman HPnya.

Penasaran, Aku pindahkan Simcardnya ke Hpku, kuaktifkan dan tak sengaja, aku membuka Outboxnya. Dia mengirimkan sebuah sms ke seseorang bernama “Zhie”, yang kutahu bahwa dia adalah mantan gebetan Bho, isinya…

“Adeeeeeekkkk…….Kakak kangeeeeeeeeeeennnnnnn”…

Huffttt……nyesek banget pas baca itu. Rasanya mau marah tapi kupikir, buat apa, buang – buang energy. Langsung aku ke kamar mandi. Selesai mandi, aku langsung siap – siap untuk interview besok. Tidur.

Keesokkan harinya, aku bangun pagi jam 07.00 WITA. Aku langsung mandi dan bersiap – siap. Setelah semuanya siap, aku berangkat. HP Bho kutinggal di kamar kost karena aku ga perduli lagi.

Sebelum berangkat, aku mampir ke tempat ibu kost dl ingin menanyakan rute angkot ( orang Samarinda bilang angkot itu Taxi hehehe..kalo taxi disebut apa ya?? ). Aku harus naik angkot hijau. Tapi sebelum itu, aku harus jalan ke AM Sangaji dulu, lewat pasar di jalan Perniagaan, baru naik angkot dari sebrang pasar ke Jl. P. Antasari.

Tampaknya aku datang terlalu cepat. Akhirnya aku makan nasi kuning dulu sebentar. Rasanya seneng juga ngerasain nasi lagi setelah lama makan roti.

Setelah pulang dari sana, di jalan, bho telpon Tanya ttg HPnya, ya aku kasih tau kalau HPnya ada di kost. Malam harinya, dia ke kost jam 9 malam.

Hari demi hari kulewati seperti itu, sampai suatu hari aku merasakan ada yang gak beres denganku. Kepalaku sering pusing, aku sama sekali ga napsu makan, maunya tiduran aja. Ibu kost dan temen kostku sampai heran karena aku ga keluar – keluar kamar. Begitu aku keluar kamar, mereka menanyakan itu kepadaku.

Temen kostku bilang kok aku kayak orang hamil, malas ngapa – ngapain. Apa yang temen kostku utarakan langsung tertangkap otakku. Apa benar aku hamil??

Keesokkan harinya, aku langsung pergi ke apotik di jl. Camar, pagi – pagi. Aku membeli sebuah alat test kehamilan dan aku langsung memakainya begitu aku sampai di kost.

Kuikuti semua petunjuk di kemasan alat test tersebut, aku menunggu hasilnya dengan perasaan tak menentu. Aku ingat betul, itu tanggal 24 Februari. Hari paling membingungkan buatku. Setelah menunggu lama, aku terkejut dengan hasil yang tertera di alat test kehamilan itu. Hasilnya Positif.

Aku menangis sejadi – jadinya. Aku bingung. Aku rasanya ga tega untuk mengugurkannya dan ga mampu juga kalau harus mempertahankannya karena kami sama – sama belum siap.

Hari itu, aku benar – benar drop. Aku mimisan hebat, migrant berat dan lemas. Tapi yang lebih hebatnya, Bho ga tau. Karena aku terlanjur bête dengan statement dari dia sehari sebelumnya. Waktu itu aku tanya kenapa aku ga boleh tanya tentang apa yang Bho kerjain. Dia jawab…

“Kamu ga perlu tanya itu Beb, aku baik – baik aja. Kamu tuh kalo mau ngabarin aku kabarin kalo kost kamu banjir trus tinggal 0.5mtr lg km mau tenggelam, baru telpon atau kabarin aku”.

Oke…Done!!...

Dengan bertambahnya masalah hari itu, itu membuatku berpikir keras. Apa yang harus kulakukan. Aku menemukan solusinya tapi aku harus rela kehilangan Bho, ya, kehilangan Bho.

Aku tau apa yang akan terjadi apabila aku memberitahukan tentang kehamilanku pada Bho dan rasanya aku ga sanggup menambah daftar dosa dalam hidupku.

What will happen next??? Is out of my mind……huufftttt

0 komentar:

Posting Komentar